Indonesia And The World

  • Domestic Politics of Indonesia
  • Foreing Policy of Indonesia
  • Kuliner
  • Traveling
  • culture
  • sport

Rabu, 27 Maret 2013

Pembangunan dan Teori Modernisasi


Dewasa ini, perkembangan dunia yang kian pesat turut mempengaruhi tingkat daya saing setiap Negara dalam segala bidang untuk bersaing satu sama lain guna melakukan pembangunan nasional secara cepat dan berkesinambungan (sustainable development). Kemampuan Negara untuk melakukan pembangunan secara keseluruhan akan turut menentukan posisinya dipercaturan dunia internasional. Setiap Negara yang berhasil melakukan pembangunan akan sangat dipertimbangakan dan memiliki peranan penting baik secara regional maupun internasional. Misalnya Cina dan India merupakan negara yang secara perlahan melakukan pembangunan dan terbukti mulai memiliki peranan yang cukup penting dalam mengendalikan laju perekonomian negara-negara di Asia. Namun, kemajuan yang sekarang ini dinikmati oleh Cina dan India belum sepenuhnya mencapai pembangunan yang berhasil ( baru memasuki pembangunan tahap awal) karena keduanya belum mampu memenuhi beberapa indikator pembangunan lainnya.
Model/strategi pembangunan yang pasca Perang Dunia II sampai sekarang masih menjadi sorotan dan menjadi topik perbincangan kalangan akademisi yakni model pembangunan nasional (national building) di Negara-negara dunia ketiga. Pembangunan adalah proses perubahan yang direncanakan untuk memperbaiki berbagai aspek kehidupan manusia (Portes 1976).[1] Perubahan yang direncakan dalam pembangunan mencakup seluruh sistem sosial masyarakat mulai dari ekonomi, politik, infrastruktur, pertahanan, pendidikan, teknologi, kesehatan. Perubahan dalam system ekonomi misalnya terjadinya peningkatan kualitas dan kuantitas produksi, perubahan basis ekonomi dari importir menjadi eksportir (produksi berbasis pada ekspor), peningkatan penerimaan devisa dari seluruh aktivitas ekonomi,dll. Dari aspek politik, pembangunan biasanya ditandai dengan adanya stabilitas politik dalam negeri. Sedangkan pembangunan pada aspek pertahanan diindikasikan dengan terjaminnya keamanan nasional. Adapun beberapa indikator pembangunan yang banyak digunakan oleh lembaga-lembaga internasional, diantaranya; Kekayaan Rata-rata (GDP dan GNP, Perkapita), Distribusi pendapatan (pemerataan), kualitas kehidupan, kerusakan linkungan dan keadilan sosial dan berkesinambuangan.
Ada beberapa Negara di kawasan Amerika Utara, Asia, Afrik, Amerika Latin dan Eropa Barat yang melakukan pembangunan nasional dengan mengadopsi teori modernisasi. Dengan karakteristik nasional yang berbeda-beda menggunakan satu model yakni modernisasi tentunya akan menghasilnya  hasil yang berbeda pula. Negara-negara di Kawasan Amerika Utara dan Eropa Barat telah berhasil melakukan pembangunan secara evolusi pada abad ke 18 dengan model/konsep pembangunan yang sama (konsep modernisasi).
Pada perkembangannya kemudian, keberhasilan pembangunan yang diterapkan pada negara-negara di Eropa ini memberikan pemikiran lanjut untuk melakukan ekspansi pasar ke negara-negara dunia Ketiga, dan banyak memberikan bantuan untuk pembangunannya; dalam kenyataannya, keberhasilan yang pernah diterapkan di Eropa, ternyata banyak mengalami kegagalan di negara-negara dunia Ketiga. Kemudian, mereka mencoba memberikan beberapa alternatif pemecahan masalah berdasarkan cara pandang mereka. Adapun asumsi dasar teori modernisasi seperti yang terlihat ada table di bawah ini.
Asumsi teori modernisasi tentang kondisi dan perkembangan ekonomi dunia[2]
Asumsi Tentang
Uraian
Pola sejarah perekonomian dunia
1)      Kemiskinan dunian terjadi sejak tiga abad yang lalu;
2)      Revolusi industri telah menciptakan Negara-negara kaya di dunia pertama (Eropa Barat dan Amerika Utara);
3)      Industrialisasi akan merambat ke Negara-negara dunia ketiga, melalui proses difusi;
4)      Semua masyarakat di dunia pada akhirnya akan mencapai kemakmuran
Sumber penyebab kemiskinan global
Karakteristik bangsa-bangsa di dunia ketiga yang telah menciptakan kemiskinan seperti:
1)      Tidak memiliki modal untuk industrialisasidan investasi di sector ekonomi modern.
2)      Tidak punya teknologi untuk industrialisasi yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi
3)      Pola budaya tradisional yang menghambat etos kerja,kreativitas dan inovasi
4)      Angka kelahiran dan pertumbuhan penduduk yang tinggi
Peranan Negara-negara kaya dalam ekonomi global
Negara-negaar kaya dapat membantu Negara-negara miskin melalui:
1)      Program pengendalian angka kelahihan/keluarga berencana;
2)      Transfer teknologi dan bantuan pendidikan untuk meningkatkan produksi pangan dan industrialisasi
3)      Investasi melalui penanaman modal asing (PMA)
4)      Bantuan dana/ hutang luar negeri

            Dengan melihat asumsi dasar tentang penyebab kemiskinan di dunia ketiga seperti pada tabel diatas maka, para ahli seperti W.W.Rostow mengemukakan beberapa solusi untuk menciptakan suatu pertumbuhan ekonomi. Salah satu solusi yang dikemukakan oleh Rostow yakni Negara-negara berkembang memerlukan bantuan investasi dari Negara-negara kaya (melaui PMA). Di samping itu, untuk investasi dalam negeri, Negara berkembang memerlukan bantuan dalam bentuk hutang luar negeri, selain bantuan teknologi, peningkatan tingkat pendidikan dan penurunan angka kelahiran. Strategi  industrialisasi diarahkan kepada produksi barang-barang subtitusi impor pada tahap awal, kemudian disusul oleh produksi berorientasi ekspor.
 Adapun kebijakan, model, dan strategi pembangunan nasional menurut teori modernisasi (ekonomi makro) itu sendiri. secara spesifik, seperti terlihat pada tabel di bawah ini.
Kebijakan, Model dan Strategi Pembangunan Nasional Menurut Teori Modernisasi[3]
Aspek Pembangunan
Langkah-Langkah yang Ditempuh
Kebijakan
1)      Pembangunan ekonomi pada skala makro (investasi besar untuk penyerapan angkatan kerja)
2)      Menciptakan pertumbuhan ekonomi nasional melalui Penanaman Modal Asing (PMA) dan bantuan dana/hutang luar negeri
Model
1)      Hubungan positif antara pertumbuhan ekonomi (PDB/GNP) dengan hutang luar negeri,PMA,Penanaman modal dalam negeri (PMDN) dan pembangunan infrasturktur ekonomi makro
Strategi
1)      Menurunkan angka kelahiran dan pertumbuhan penduduk, agar pertumbuhan ekonomi meningkat
2)      Industrialisasi melalui PMA
3)      Menerima hutang luar negeri untuk investasi dalam negeri agar tercipta trickle-down effect
4)      Mengembangkan industry subtitudi impor, untuk mengurangi ketergantungan kepada impor barang konsumsi (defensif)
5)      Membangaun industri berorientasi ekspor untk memperoleh devisa (ofensif)
6)      Membangun infrastruktur ekonomi

Meskipun kebijakan,model dan strategi pembangunan nasional diatas telah di adopsi sepenuhnya oleh Negara-negara dunia ketiga lainnya namun, pada kenyataannya tidak semua Negara berhasil melakukan pembangunan nasionalnya. Cenderung setelah menerapkan kebijakan tersebut seperti menerima Penanaman Modal Asing (PMA) secara besar-besaran dan menerima bantuan luar berupa hutang luar negeri, Negara justru mengamalami “ketergantungan abadi” pada Negara donatur. Begitu pun dengan penerapan kebijakan,model, dan strategi lainnya yang juga tidak efektif dalam mendorong pembangunan nasional.
            Kegagalan Negara-negara dunia ketiga menerapkan model, strategi dan kebijakan di atas lebih disebabkan oleh faktor internal masing-masing Negara. Dalam artian bahwa berhasil tidaknya pembangunan dalam suatu Negara sangat tergantung pada faktor internal. David Mc Clelland salah satu ahli yang mengusulkan konsep need of achievement (n-ach) atau kebutuhan untuk berprestasi. Teori ini mengatakan bahwa proses pembangunan berarti membentuk manusia yang berjiwa wiraswasta dengan jiwa n-ach yang tinggi. Berarti bahwa pembangunan suatu Negara sangat tergantung pada manusi/masyarakat dalam Negara itu sendiri. Teori Harrold-Domar, masih menyoroti masalah internal yang dapat menyokong pembangunan suatu Negara. Teori ini menyatakan bahwa pembangunan hanya dapat berlangsung dengan baik bilamana tingkat tabungan masyarakat maupun devisa Negara cukup untuk melakukan pembangunan. Teori yang paling klasik yakni teori Max Weber. Teori ini menekankan nilai-nilai budaya yang bisa memberikan etos kerja yang tinggi. Max Weber berbicara masalah tentang peran agama, terutama konsepnya yang sudah menjadi klasik, yakni etika protestanisme. Menurutnya hal inilah yang membawa masyarakat Eropa Barat dan Amerika Serikat pada kemajuan. Ketersediaan tenaga ahli dan terampil Bert F. Hoselitz dalam karyanya,“Economic Growth and Development:Noneconomic Factors in Economic Development” merupakan salah satu faktor penting yang dibutuhkan dalam pembangunan.[4]

Pada akhirnya, walaupun Negara-negara dunia ketiga menerapkan semua solusi yang ditawarkan di atas, akan tetapi masalah internalnya seperti etos kerja yang kurang, jiwa n-ach tidak ada, tabungan tidak memenuhi maka, pembangunan tetap akan tidak berhasil.
Solusi lain yang ditawarkan oleh teori modernisasi yakni pembagian kerja secara internasional (spesialisasi produk Negara) misalnya dengan pembagian Negara industri dan Negara agraris. Hal ini dimaksudkan agar cost production dapat ditekan sehingga harga lebih murah dan setiap Negara yang melakukan perdagangan internasional mendapatkan keuntungan dan meleburkan diri dalam ekonomi dunia.
Solusi di atas pun, pada kenyataanya hanya sebuah teori yang tidak diimplementasikan dalam perdagangan internasional. Setiap Negara cenderung memproduksi beberapa produk yang juga diproduksi oleh Negara lain. Negara yang unggul dalam produk tertentu misalnya komoditi jagung dan gandum, tentu tidak mau melakukan spesialisasi produk tersebut. Dengan dasar pemikiran bahwa komoditas jagung dan gandum memiliki nilai jual lebih rendah dibandingkan dengan nilai jual  teknologi seperti televisi. Konsep spesialisasi diatas bukan merupakan suatu konsep yang baru. David Ricardo terlebih dahulu mengusulkan konsep yang hampir sama. Akan tetapi, pada kenyataanya konsep tersebut tidak efektif untuk diberlakukan dalam perdagangan internasionl.

Studi Kasus: Pembangunan Thailand dan India
Perekonomian dunia selalu memberikan kejutan-kejutan besar, seperti yang terjadi di Negara-negara Amerika Latin pada awal 1960-an. Beberapa Negara seperti Brasil, Argentina, Chili, Venezuela dan beberapa Negara lainnya menikmati pertumbuhan ekonomi yang sangat tinggi. Negara-negara tersebut pada umumnya memiliki GNP yang meningkat dengan cepat dari tahun ke tahun, seperti Brasil yang memiliki GNP mencapai……. Namun, pertumbuhan ekonomi mereka tidak disertai dengan pemerataan pendapatan, peningkatan kualitas hidup dan keadilan sosial dan berkesinambungan serta pembangunan yang berkesinambungan. Hal tersebut menyebabkan pertumbuhan ekonomi Negara-negara Amerika Latin tidak berlangsung lama dan dengan mudah mengalami resesi ekonomi pada awal 1980-an. Resesi ekonomi yang melanda Negara-negara Amerika Latin ternyata berimbas pada pertumbuhan ekonomi Asia.
Meski terkena efek krisis generasi pertama dari Amerika Latin, namun perkonomian Negara-negara di Asia tetap menunjukkan pertumbuhan yang gemilang. Pembangunan negara-negara di Asia yang mengandalkan Penanaman Modal Asing (PMA), bantuan asing berupa hutang luar negeri, Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDA). Secara umum mereka mengadopsi teori modernisasi. Dalam jangka waktu yang singkat ekonomi Asia menunjukkan pertumbuhan yang sangat signifikan. Hal tersebut terlihat dari GNP beberapa negara seperti Thailand, Korea Utara, Malaysia, Singapura, Indonesia, yang meningkat sekitar 8-12% per tahunnya.
Keberhasilan pertumbuhan ekonomi khusunya Thailand sekitar 10% pertahunnya, ternyata bukan jaminan bagi keberhasilan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Sama seperti pertumbuhan ekonomi negara-negara Amerika Latin, pertumbuhan ekonomi Thailand juga tidak di sertai oleh pemerataan pendapatan, peningkatan kualitas hidup, kerusakan lingkungan dan keadilan sosial yang berkesinambungan. Sehingga kejayaan pertumbuhan ekonomi hanya bertahan dalam jangkat waktu yang cukup singkat antara 1980-an -1998. Tepatnya 1 Juli 1998, ekonomi Thailand ambruk ditandai dengan jatuhnya Bath pada titik terendah sepanjang 18 tahun. Pembangunan ekonomi Thailand yang sepenuhnya mengandalkan investasi asing berakhir dalam seketika oleh ulah para spekulan. Proses pemulihan ekonomi pun berlangsung dengan sangat lambat karena stabilitas politik dan keamanan juga tidak mendukung.
Besar kemungkinan penerapan modernisasi di Thailand tampak kurang serasi, karena pemahaman akan konsep modernisasi ini tidak seperti yang dimaksudkan oleh konsep itu sendiri. Karena itu pula landasan berpikir dan penggunaan teori dalam konsep pembangunan masyarakat dengan modernisasi tampaknya kurang mendasar. Tidak mengherankan apabila kemudian pembangunan yang telah dilakukan selama bertahun-tahun itu bisa terpuruk seketika oleh peristiwa moneter, yang keadaan itu bisa menunjukkan bahwa model pembangunan adalah tidak mendasar dan berakar pada masyarakat Thailand.
Berbeda halnya dengan India yang baru mulai melakukan reformasi ekonomi sejak 1991 dengan meliberalisasi pasar dalam negerinya serta member peluang lebih besar pada investor asing untuk masuk. Kebijakan mereka juga mengikuti Teori Modernisasi. Reformasi ekonomi ini mulai terlihat hasinya dengan kemampuan India mempertahankan pertumbuhan ekonomi rata-rata 7 % sejak 1994. Word Bank dalam laporannya tahun 2005 menyebutkan kalau India telah masuk di urutan 12 negara paling kaya di Dunia dengan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) mencapai 786 milliar dolar AS dan melampaui Rusia, Australia dan Meksiko.[5] Keberhasilan ekonomi lainnya terlihat pada cadangan mata uang asing India pada tahun 2005 mencapai 143 milliar dollar AS telah jauh melampaui hutang luar negerinya sebesar 122 milliar dolar AS.[6] Pada tahun 2007 India adalah negara dengan tingkat pertumbuhan ekonomi tercepat kedua di dunia setalah Republik  Rakyat Cina yang mencapai 9,2%.[7]
Secara perlahan India juga melakukan pemerataan pendapatan yang cukup baik. Tercatat …%. Salah satu upaya pemerintah India dalam pemerataan pendapatan yakni sebagian besar investasi asing itu dialihkan kepada sektor UKM. Strategi pemerintah India yang memprioritaskan sektor UKM, merupakan strategi yang cukup baik. Mengingat banyak negara yang mengalami resesi ekonomi dengan cepat karena hanya memperkuat sektor manufaktur dan jasa sedangkan sektor UKM terkesan diabaikan. UKM di India merupakan salah satu basis ekonomi yang cukup kuat dan dapat menjadi fondasi tanggu bilamana terjadi resesi global. Salah satu hal ini pula yang membedakan Thailand dengan India dalam proses pembangunanya.
Meskipun India belum sepenuhnya mencapai tahap tertinggi atas pembangunan nasionalnya, tetapi setidaknya India memiliki basis ekonomi yang cukup lebih baik dan siap menghadapi persaingan global dibandingan dengan Thailand pada masa keemasaanya. India tidak hanya menunjukkan keberhasilannya dalam pertunbuhan ekonomi, namun juga pada aspek pertahanan keamanan dan stabilitas yang lebih baik. Strategi pembangunan dari bawa (dari masyarakat menegah ke kebawa) ke atas (masyarakat menegah ke atas) terlihat berjalan sangat rapi dan baik


[1]  Alejandro Portes.1976. “On the Sociology of National Development: Theories and Issues”. American Journal of Sociology 82:64-74

[2] Dedi Tikson. “Teori Pembangunan di Indonesia, Malaysia dan Thailand:Keterbelakangan dan Ketergantungan”. Makassar:Inninnawa.2005. Hal 37
[3]  Dedi Tikson. “Teori Pembangunan di Indonesia, Malaysia dan Thailand:Keterbelakangan dan Ketergantungan”. Makassar:Inninnawa.2005. Hal 39.

[4] Rino A. Nugroho, “Teori Modernisasi: Perspektif Arif Budiman”.  http://rinoan.staff.uns.ac.id/wp-content/blogs.dir/58/files//2008/10/teori-modernisasi-perspektif-arief-budiman.pdf. diakses tanggal 22 September 2010 pukul 11.00 WITA.

[5]  Teuku Zulkaryadi, “Daya Pikat Negeri Bollywood”. www.aksesdeplu.com/daya%20pikat%negeri%bollywood.htm, diakses tanggal 22 September pukul 11.45 WITA
[6] Ibid
[7]  Https://www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/geos/in.html#Econ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar