Indonesia And The World

  • Domestic Politics of Indonesia
  • Foreing Policy of Indonesia
  • Kuliner
  • Traveling
  • culture
  • sport

Jumat, 16 November 2012

Politik Luar Negeri Indonesia ke Amerika Latin dan Karibia



Politik Luar Negeri Indonesia Ke Amerika Latin dan Karibia

Kebijakan politik luar negeri Indonesia beberapa tahun terakhir utamanya pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudoyono  sesuai dengan konsep concentric circles.

Kawasan Amerika Latin & Karibia terdiri dari negera-negara berkembang dengan kepadatan penduduk yang cukup padat. Dengan luas wilayah sekitar 25.089.401 km2, kawasan ini mengandung potensi sumber daya alam yang melimpah, terutama hasil tambang energi dan mineral. Meskipun demikian, sebagian besar negara di kawasan ini masing tergolong miskin.  Dari 26 negara, ada sekitar enam negera yang baru mulai mencoba mengeksplor SDA tersebut salah satunya dengan kebijakan nasionalisasi.
Potensi yang dimiliki Kawasan tersebut baik potensi SDM dan SDA, khususnya Brazil, Chile, dan Uruguay, menjadi pertimbangan bagi Indonesia untuk menjalin hubungan kerjasama. Tidak hanya itu, ketiga Negara tersebut utamanya Chile memiliki stabilitas politik dan kebijakan ekonomi yang mendukung akan terjadinya kerjasama dengan Indonesia. Berbeda dengan halnya dnegan beberapa Negara lainnya yang mulai menutup diri dari Negara atau sangat protektif. Kerjasama dengan tiga Negara tersebut diwujudkan dalam bentuk kerjasama ekonomi perdagangan dan investasi.
Dalam rangka meningkatkan hubungan ekonomi dan perdagangan dengan tiga Negara itu, pemerintahan SBY-JK telah menandatangani beberapa kesepakatan dan pejanjian baik antara pemerintah maupun kalangan dunia usaha. Dalam rangka mendorong hubungan ekonomi-perdagangan Indonesia-Brazil, kedua pihak telah menjajaki kemungkinan dibentuknya komisi bersama Indonesia-Brazil, disamping itu, telah diresmikan Camara De Camercio Indonesia-Brazil (kamar dagang Indonesia-Brazil) di Sao Paolo; kesepakatan dengan Chile mengenai “peningkatan dan perlindungan atas penanaman modal” (Investment Guarantee Agreement) ditandatangani di Santiago. Secara umum hubungan Indonesia dengan ketiga Negara tersebut cukup baik di masa SBY-JK. Kendati neraca perdagangan kerjasama ekonomi Indonesia-ketiga negra tersebut relative keci bila dibandingankan dnegan keadaan potensi yang dimilikinya.
Meskipun telah terjalin kerjasama yang cukup baik antara Indonesia-ketiga Negara tersebut (Brazil, Chile, Uruguay), bukan berarti tidak ada hambatan. Beberapa hambatan yang mewarnai hubungan kerjasama tersebut yakni, pertama, berbagai persetujan yang telah dibuat sebelumnya belum dapa di laksanakan secara maksimal, sehingga belum mampu memberikan dorongan yang berarti bagi pengembangan potensi kerjasama; kedua, ekpor-impor antara Indonesia-ketiga Negara tersebut pada umumnya masih dilakukan melalui Negara ketiga (Singapura, Hongkong, Amerika Serikat). Disamping itu, masih banyak poensi masing-masing Negara yang belum dikenal oleh para pengusaha karena kontrak langsung masih belum banyak dilakukan, jarak yang cukup jauh dan belum adanya jalur pengangkutan udara maupun laut yang langsung secara regular dan semakin ketatnya persaingan untuk memasuki pasar dan tinggginya standar untuk produk ekspor kesana; ketiga, kurang minat untuk mengadakan penjajakan potensi masing-masng kerena jarak.
Adanya hambatan dalam meningkatkan hubungan kerjasama Indonesia-ketiga Negara tersebut bukan berarti bahwa peluang Indonesia untuk memperoleh keungtungan dan menggali potensi ketiga Negara tersebut. Beberapa peluang Indonesia di ketiga Negara tersebut yakni; pertama, peluang bagi produk ekspor Indonesia di Uruguay cukup besar. Hal ini mengingat Uruguay mempunyai jumlah penduduk sekitar 3,3 juta namun, memiliki pendapatan perkapita yang tinggi (mencapai US$ 4.000) dengan tingkat konsumerisme penduduknya yang juga tinggi sehingga peluang bagi perusahaan Indonesia untuk melakukan penetrasi ke pasar Uruguay; kedua, Chile adalah salah satu mitra dagang utama Indonesia di Kawasan Amerika Latin. Berdasarkan hasil survey pasar yang dilakukan oleh KBRI Santiago diperoleh informasi bahwa komoditi ekspor Indonesia ke Chile cukup banyak dan diminati serta masih banyak produk-produk Indoneisa yang juga memiliki potensi untuk memasuki pasar Chile seperti bahan bangunan, alat kesehatan, handicraft dsb. Disamping itu, Chili memiliki pertumbuhan ekonomi yang relative stabil yangmana merupakan kekuatan ekonomi yang prospektif di kawasan Amerika Latin dan dapat dipergunakan sebagai pintu gerbang ekspor barang-barang produk Indonesia di Kawasan tersebut; ketiga, barang-barang ekspor Indonesia ke Brazil merupakan produk primer bernilai tinggi. Brazil juga merupakn mitra dagang utama Indonesia di Kawasan Amerika Latin.
Menurut penulis, Indonesia perlu memanfaatkan berbagai peluang yang tersedia guan memperoleh keuntungan. Peluang-peluang tersebtu dapat dicapai pemerintah melalui beberapa kebijakan dan strategi diantaranya: pertama, memaksimalkan beberbagi perjanjian ekonomi-perdangan yang telah dibuat sebelumnya, misalanya memanfaatkan perjanjian Kamar Dagang Indonesia-Brazil; kedua, meyakinkan ketiga Negara tersebut bahwa hubungan kerjasama ekonomi dengan Indonesia tidak akan berdampak buruk bagi perekonomian mereka layaknya kerjasama dengan Negara-negara barat yang cenderung eksploitatif; ketiga, Presiden dan pejabat Negara lainnya harus meningkatkan intensitas kunjungan kenegaraan guna menunjukkan betapa pentinganya ketiga Negara tersebut; keempat, hindasri melakukan perdagangan melalui pihak ketiga (Singapura,Hongkong, AS); kelima, peningkatan efektivitas dan efisiensi produksi produk ekspor, sehingga bila memasuki pasar tidak akan menjadi mahal dan dapat bersaing.
Secara umum, Indonesia harus terus mengintensifkan hubungan dengan Negara-negara di kawasan Amerika Latin guna mengantisipasi keterbukaan Negara di sana di masa depan, dalam artian melihat potensi mereka menjadi suatu kekuatan regional ekonomi yang kuat layaknya Uni Eropa. Disamping itu, Indonesia juga perlu menjalin hubungan kerjasama dengan Kuba yang notabenenya merupakan jembatan untuk memasuki pasar Negara-negara di kawasan Karibia. Hal itulah kenapa Indonesia harus terus menjalin hubungan kerjasama dengan Kawasan tersebut.

Penulis; Naota A. Parongko
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar